Salah satu cobaan hidup yang sering Allah turunkan kepada
orang-orang beriman adalah kemiskinan dan kekurangan harta. Banyak
ulama, juru dakwah dan orang-orang shalih yang hidupnya kekurangan,
sehingga sekedar untuk memenuhi kebutuhan pokoknya saja mereka menemui
kesulitan.
Banyak di antara ulama, juru dakwah dan orang-orang shalih tersebut
kemudian memilih cara-cara pintas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Mereka menerjuni jalur-jalur rizki yang mengandung banyak syubhat,
kesamaran dan percampur bauran antara rizki yang halal dan rizki yang
haram. Sebagian mereka bahkan berani bertindak lebih jauh dan mencari
rizki dengan cara yang jelas-jelas haram, misalnya riba, suap, dan
korupsi.
Harta merupakan salah satu bentuk fitnah, yaitu ujian dan godaan yang
sangat dikhawatirkan bisa menjerumuskan orang-orang beriman ke dalam
kemaksiatan dan hal yang haram. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang
shahih,
عَنْ كَعْبِ بْنِ عِيَاضٍ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ” إِنَّ لكُلِّ أُمَّةٍ
فِتْنَةً، وَإِنَّ فِتْنَةَ أُمَّتِي الْمَالُ “
Dari Ka’ab bin Iyadh radhiyallahu ‘anhu berkata: Saya telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Setiap umat memiliki godaan yang menjerumuskan tersendiri dan godaan yang menjerumuskan umatku adalah godaan harta kekayaan.” (HR.
Tirmidzi no. 2336, An-Nasai dalam AS-Sunan Al-Kubra no. 11795, Ahmad
no. 17471, Al-Hakim no. 7896 dan Ibnu Hibban no. 3223. Hadits shahih)
Mencari rizki dengan cara yang haram tentu merupakan perbuatan dosa.
Jika pelakunya adalah orang awam dan orang biasa, dampaknya tidaklah
terlalu luas. Namun jika pelakunya adalah ulama, juru dakwah atau tokoh
masyarakat, maka dampaknya akan sangat luas. Tidak saja mencoreng
pribadi pelakunya, tindakan itu juga akan melunturkan kepercayaan
masyarakat kepada dakwah Islam. Masyarakat akan kehilangan figure tokoh
agama dan masyarakat yang bisa dijadikan teladan dalam kehidupan nyata.
Oleh sebab itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam mengajarkan
kepada umatnya untuk biasa berlindung dari keburukan godaan kekayaan
dan kemiskinan. Kekayaan dan kemiskinan adalah ujian yang harus dihadapi
dengan keimanan dan kesabaran. Ada orang yang jatuh karena ujian
kemiskinan, sebagaimana ada orang yang jatu karena ujian kekayaan.
Dari Aisiyah radhiyallahu ‘anha berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam biasa membaca doa:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «اللَّهُمَّ إِنِّي
أَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ النَّارِ وَعَذَابِ النَّارِ، وَفِتْنَةِ
القَبْرِ وَعَذَابِ القَبْرِ، وَشَرِّ فِتْنَةِ الغِنَى وَشَرِّ فِتْنَةِ
الفَقْرِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ فِتْنَةِ المَسِيحِ
الدَّجَّالِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ قَلْبِي بِمَاءِ الثَّلْجِ وَالبَرَدِ،
وَنَقِّ قَلْبِي مِنَ الخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الأَبْيَضَ
مِنَ الدَّنَسِ، وَبَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ
بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ
الكَسَلِ، وَالمَأْثَمِ وَالمَغْرَمِ»
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah neraka dan
siksaan neraka; dari fitnah kubur dan siksaan kubur; keburukan fitnah
kekayaan dan keburukan fitnah kemiskinan. Ya Allah, aku berlindung
kepada-Mu dari kebutkan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal.
Ya Allah, basuhlah hatiku dengan es dan embun…bersihkanlah hatiku
dari dosa-dosa sebagaimana Engkau membersihkan kain putih dari
kotoran…jauhkanlah aku dari dosa-dosaku sebagaimana Engkau telah
menjauhkan antara timur dan barat.
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan, perbuatan dosa dan jeratan hutang.” (HR. Bukhari no. 6377 dan Muslim no. 589)
Kekayaan bisa membuat orang kaya tak bersyukur, sehingga ia
menghambur-hamburkan hartanya untuk hidup mewah, kikir, rakus, tidak
peduli kepada penderitaan sesama, tidak mengeluarkan zakat dan hak-hak
orang lain dalam hartanya. Adapun kemiskinan bisa membuat orang tak
sabar, sehingga ia mengeluh, mendengki, dan melakukan perbuatan haram
atau dosa guna mengejar harta. Semoga Allah melindungi kita dari
keburukan godaan kemiskinan dan kekayaan. Wallahu a’lam bish-shawab.
(sumber:muhibalmajdi/arrahmah.com)
No comments:
Post a Comment